Do’a Sederhana Seorang Hamba
Inilah do’a yang dipanjatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu tatkala manusia memujinya. Salah satu dari 10 shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in yang dijamin masuk surga ini bukan menunjukkan kegembiraan, bukan juga membalas dengan memberi pujian yang bertubi-tubi. Tetapi beliau memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dengan berdo’a:
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.” HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman
Betapa berbedanya dengan kita sekarang ini. Jika dulu para salafush-shahih berhati-hati menerima pujian, bahkan tidak suka dengannnya, hari ini betapa banyak di antara kita yang bahkan tak sabar menunggu pujian orang sehingga ia memberi julukan yang memuji diri sendiri. Ia meninggikan diri dengan sebutan-sebutan yang andaikata disematkan orang lain pun, kita tak pantas menerimanya.
Jika Imam Nawawi rahimahullah menolak diberi gelar Muhyiddin, padahal ia memiliki kepantasan untuk menyandang gelar itu, mari kita ini kita dapati orang-orang di zaman kita memberi julukan yang sangat tinggi, bersebab mereka mengikuti ajaran NAM melalui NLP dan sejenisnya.
Nah. Apakah yang dapat kita renungkan?